Revolusi Rakyat Ekuador: Merebut Kembali Kekuasan Dari Elit Lama
Sejak terpilihnya Rafael Correa sebagai Presiden di tahun 2007, Ekuador telah mengalami transformasi sosial, ekonomi, dan politik. 15 Januari ini menandai 8 tahun ‘Revolusi Warga’ di Ekuador.
Rafael Correa genap 8 tahun menempati jabatannya pada tanggal 15 Januari 2015. Ia telah melakukan perubahan besar di Ekuador. Setelah selama satu dekade menjadi salah satu negeri termiskin di Amerika Latin, pemerintahan revolusioner telah membuat serangkaian perubahan yang mendalam, yang telah membawa perubahan sangat luar biasa bagi mayoritas rakyat Ekuador yang selama ini terpinggirkan.
Dalam proses tersebut, Ekuador telah bergabung dengan Bolivia dan Venezuela dalam menolak kebijakan pasar bebas yang dipaksakan di Amerika Latin oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan lembaga internasional sejenisnya. Seperti pernah dikatakan Presiden Correa di tahun 2014, “Rakyat harus menang melawan kapital.” Dan menambahkan, “bahwa politik adalah soal kepentingan mana yang dilayani pemerintah: segelintir elit atau mayoritas rakyat? kapital atau manusia? pasar atau masyarakat? Kebijakan dan program pemerintah bergantung pada siapa yang memegang perimbangan kekuasaan.”
Sebuah Masyarakat Dalam Krisis
Rafael Correa, yang juga seorang ekonom dan professor, mulai menjabat di tahun 2007. Sebelum terpilih, Correa pernah menjabat sebagai Menteri Perekonomian di pemerintahan sementara Alfredo Palacio, yang berhasil menggulingkan Presiden sebelumnya Lucio Gutierrez.
Gutierrez adalah Presiden ketujuh Ekuador yang dipaksa lengser dari kekuasaannya hanya dalam satu dekade. Negeri ini telah mengalami peningkatan kekacauan politik pasca ambruknya perekenomian akibat krisis perbankan di tahun 1999, yang memaksa Ekuador menetapkan dollar sebagai mata uang nasional di tahun 2000. Pengangguran meroket. Dan hampir satu dari setiap 10 orang Ekuador terpaksa meninggalkan negerinya karena krisis ekonomi.
Sebagai Menteri Ekonomi saat itu, Correa menyatakan penentangannya terhadap rencana Presiden Palacio menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Dan mengundurkan diri setelah Bank Dunia membekukan pinjaman yang penting. Correa meninggalkan jabatannya setelah kebijakan yang diterapkannya kurang mendapat dukungan dari sang Presiden.
Membangun Kembali Bangsa
Menjelang Pemilu tahun 2006, Correa bersama sejumlah politisi Ekuador lainnya mendirikan partai elektoral, Aliansi PAIS (Kebanggan dan Kedaulatan Tanah Air). Partai ini menjanjikan penyusunan konstitusi baru untuk mengatasi krisis yang dihadapi oleh Ekuador.
Correa berkuasa di tahun 2007, dan konstitusi baru segera disahkan melalui referendum kerakyatan di tahun berikutnya.
Sejak itulah, ‘Revolusi Warga’–sebuah nama yang dipilih oleh pendukung Correa untuk mengenang aksi massa yang berhasil menggulingkan Presiden neoliberal sebelumnya–telah berhasil memperkuat kembali negara Ekuador.
Setelah lima tahun berkuasa, pemerintahan Correa berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,2 persen pertahun selama tujuh tahun—termasuk pertumbuhan ekonomi terbaik di Amerika Latin. Dan menariknya, sukses itu diraih kendati Correa memulai kekuasaannya saat krisis keuangan global dimulai dan Ekuador terpukul karena tidak punya mata uang sendiri.
Yang menarik, kunci pertumbuhan itu terletak pada belanja sosial yang meningkat tiga kali lipat, yang sekarang ini mencapai 15% dari PDB Ekuador, dan redistribusi kekayaan terhadap semua rakyat Ekuador. Hasilnya, kemiskinan berkurang sepertiga, dimana 1,1 juta orang telah berhasil dikeluarkan dari kemiskinan sejak tahun 2007.
Revolusi warga telah mendorong kebijakan-kebijakan inovatif untuk memastikan keadilan sosial yang lebih besar. Sebagai contoh, upah minimum telah meningkat sebesar 354 USD, salah satu yang tertinggi di Amerika Latin, dan itu diperkuat dengan kebijakan seperti melarang membayar deviden sebelum upah pekerja dibayarkan. Beberapa ekonomi berspekulasi, bahwa kenaikan upah ini akan menghasilkan peningkatan pengangguran, tetapi kenyataan berbicara lain: Ekuador sekarang memiliki tingkat pengangguran paling rendah dalam sejarah, yakni 4,9%.
Di bidang pendidikan dan kesehatan, yang dimasa pemerintahan sebelumnya sudah dilemahkan, revolusi warga sudah membuat kemajuan besar. Pemerintahan Correa telah mengembalikan peran negara dalam dua sektor tersebut; menjamin pendidikan gratis hingga perguruan tinggi dan menggratiskan layanan kesehatan. Ekuador sekarang ini menempati peringkat tertinggi kedua di dunia dalam investasi sosial di bidang pendidikan.
Mandat Demokratis
Sebagai dampak dari perubahan sosial ini, Presiden Rafael Correa dianggap sebagai presiden paling populer di Amerika Latin di sepanjang masa pemerintahannya.
Selain itu, stabilitas politik telah pulih kembali di bangsa Andes ini. Correa telah terpilih kembali di Pemilu 2009–setelah konstitusi baru diterapkan–dan pemilu tahun 2013 lalu. Dukungan rakyat juga membuat Correa memenangi tiga kali referendum, yakni 2007, 2008, dan 2011. Jika dihitung, Correa dan pendukungnya telah memenangi 10 kali pemilu sejak tahun 2007.
Mempromosikan Kesetaraan
Di bawah pemerintahan Correa, penghapusan diskriminasi mendapat tekanan besar dibanding pemerintahan sebelumnya di negeri ini. Selama kampanye pertama di pemilu 2006, Correa banyak berbicara dengan pendukungnya di Quechua, salah satu daerah yang penduduknya masih banyak menggunakan bahasa asli (pribumi).
Pada tahun 2007, dengan bantuan Venezuela, Ekuador meresmikan beroperasinya TV Publik pertama, dan bersama-sama dengan stasiun Radio milik negara, telah mempromosikan program dalam bahasa Quechua dan bahasa pribumi lainnya. Ini telah mendorong penggunaan kembali bahasa daerah/pribumi, yang sebelumnya sudah terancam.
Undang-Undang yang melindungi kelompok minoritas juga diterapkan, termasuk Undang-Undang yang memaksa perusahaan menyediakan 4% pekerjaan bagi warga penyandang cacat dan juga kuota lainnya bagi masyarakat minoritas, seperti masyarakat adat dan masyarakat Afro-Ekuador, untuk memangkas ketidaksetaraan. Hal yang sama juga sudah diterapkan dalam sistem pendidikan tinggi Ekuador, dimana jumlah masyarakat adat dan Afro-Ekuador telah meningkat pesat.
Di bawah UU media yang baru, yang disahkan di tahun 2013 lalu, masyarakat adat punya akses lebih besar terhadap media komunitas. UU ini menetapkan bahwa 34% dari frekuensi radio dan Televisi negara diperuntukkan untuk media komunitas. Sejauh ini, ada 14 frekuensi radio telah diserahkan untuk masing-masing kelompok pribumi. Pemerintah juga menyediakan pelatihan dan pendanaan khusus untuk mendukung media kecil, sebagai upaya terus mempromosikan bahasa asli (pribumi) dan pertukaran budaya.
Perubahan luas juga berlaku untuk UU bagi penyandang cacat, yang memungkinkan para penyandang cacat fisik maupun mental mendapat perlakuan lebih baik ketimbang sebelumnya. Juga kampanye besar-besaran yang digalakkan pemerintah dalam menghapus diskriminasi dan meningkatkan inklusifitas dalam masyarakat.
Kebijakan Luar Negeri Yang Anti-Imperialis
Dalam upaya mengatasi dominasi imperialis, pemerintahan Correa telah menutup pangkalan militer Amerika Serikat yang berbasis di Manta, sebuah kota di Provinsi Manabi, Ekuador. Pemerintahan Correa juga berhasil mengembalikan kontrol negara terhadap minyak dan kekayaan alam lainnya dari tangan perusahaan multinasional.
Tak hanya itu, pemerintahan Correa juga membatalkan pembayaran utang luar negeri, yang menurut Correa, di masa lalu pembayaran utang lebih banyak tiga kali lipat dibanding belanja sosial.
Akibatnya, kekuatan elit lama dan sekutunya di Washington berusaha memberikan perlawanan sengit. Dan kudeta di tahun 2010 membuktikan betapa kekuatan lama tidak senang dengan kesuksesan yang diraih pemerintahan Correa. Pada tanggal 30 September 2010, pemogokan polisi berakhir dengan kekerasan terhadap Presiden Correa dan menyanderanya selama beberapa jam di rumah sakit. Bentrokan menyebabkan 10 orang tewas, termasuk pasukan penjaga Presiden.
Dokumen yang muncul kemudian menunjukkan bahwa Amerika Serikat sangat massif mendanai polisi dan kelompok oposisi melalui lembaga pendanaannya, USAID. Meskipun berhadapan dengan ancaman yang langsung, Correa terus menyatakan kebijakan luar negerinya yang independen dari negeri-negeri imperialis. Salah satu tindakannya yang paling berani adalah pemberian suaka kepada Julian Assange di kedutaan besar Ekuador di London, pada tahun 2012, yang membuat marah pemerintah Inggris, Swedia, dan Amerika Serikat.
Keadilan Bagi Korban Pelanggaran HAM
Capaian penting lain yang diraih oleh revolusi warga adalah restrukturisasi sistim peradilan. Pengadilan Nasional–pengadilan tertinggi negara–diubah dan prosedur usang dimasa lalu dirombak.
Reformasi ini adalah kunci untuk menyelesaikan pelanggaran HAM di masa Presiden Leon Febres Cordero. Presiden tersebut, yang oleh banyak orang dianggap diktator–mengontrol sistim peradilan melalui pengutusan orang dari sekutu politiknya pada posisi kunci.
Presiden Correa memerintahkan pembentukan Komisi Kebenaran untuk mengungkap kasus pelanggaran HAM di negeri ini dari tahun 1984 hingga tahun 2008. Sejauh ini, 8 orang telah dipenjara atas tuduhan melakukan kejahatan HAM, karena terbukti terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan di masa pemerintahan Febres Cordero.
Revolusi Sejati
Seperti dikatakan oleh revolusioner sekaligus penyanyi terkenal Kuba, Pablo Milanes, “revolusi warga di Ekuador merupakan salah satu revolusi paling otentik di Amerika Latin.”
Diterjemahkan dari: TeleSUR
Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/dunia-bergerak/20150116/revolusi-rakyat-ekuador-merebut-kembali-kekuasan-dari-elit-lama.html#ixzz3PVh1jYzI
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook
Post a Comment