PMI Tasikmalaya Kehabisan Darah
TASIKMALAYA,(PRLM).-Unit transfusi darah cabang Palang Merah Indonesia (UTDC PMI) Tasikmalaya kekurangan 35-50 persen pendonor sukarela untuk memenuhi kuota kebutuhan 900-1.000 labu darah perbulannya atau sekitar 30-40 kantung darah perharinya. Saat ini untuk memenuhi sisa kebutuhan darah resipien, PMI bergantung pada pendonor darah dari kalangan keluarga pasien. Namun kerap mendapatkan hambatan, terutama masalah mental pendonor.
"Berbeda kalau donor darah sukarela, mereka sudah siap mental jadi ketika proses menyadap darah tidak ada hambatan mental. Selain itu mereka pun telah melewati tes kelayakan pendonor. Dengan demikian, semakin banyak pendonor darah sukarela akan semakin baik, kebutuhan stok darah terjamin," ujar Kepala UTDC PMI Tasikmalaya, dr Tata T Rachman yang ditemui di kantornya, Jln Laswi, Kota Tasikmalaya, Senin (9/5).
Menurut dia, terlalu bergantung pada pendonor pengganti sangat tinggi resikonya. Apabila pemeriksaan gagal pihak pasein dipastikan akan panik dan harus mencari donor pengganti yang lainnya.
"Banyak sekali kasus donor pengganti. Mereka kebanyakan dibutuhkan ketika stok darah yang kita miliki tidak sesuai dengan resipien. Misalnya golongan darah AB dan perlu diketahui sesama golongan darah pun terkadang menemui ketidakcocokan," katanya.
Namun selama ini, hal itu bisa tertangani oleh PMI Tasikmalaya dan pasien pun tertolong. Kebutuhan pasien di seluruh rumah sakit di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya bisa terpenuhi.
Tata mengatakan, untuk mendongkrak minta donor darah sukarela, mereka bekerja sama dengan Yayasan Setara (setetes darah sejuta harapan). Setara bersama PMI gencar melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk mendonorkan darahnya minimal tiga bulan sekali. Donor darah baik dimulai oleh masyarakat yang sudah menginjak usia 18 tahun ke atas.
"Setelah kerja sama ini ada peningkatan. Mayoritas pendonor kebanyakan di wilayah Kota Tasikmalaya, sedangkan Kabupaten Tasikmalaya masih diupayakan soalnya masyarakat di sana masih belum terbiasa dengan mendonorkan darah, kebanyakan alasaanya takut," ujar dia.
Namun, di samping rencana PMI untuk menggencarkan penambahan donor sukarela, mereka terkendala dengan petugas teknis. Khususnya untuk petugas penyadap darah. Tenaga teknis ini lulusan khusus dari Jakarta, pendidikn ahli madya transfusi darah (PTTD). Idealnya tambahan sekitar empat hingga lima petugas.
Kordinator UTDC PMI Tasikmalaya Yusep Aryanto menambahkan, ada saatnya PMI kekurangan darah ketika bulan puasa. Mereka bekerja sama dengan gereja-gereja. Alasannya, ketika bulan puasa pendonor menurun drastis karena kondisi mereka tidak memungkinkan untuk melakukan proses pengambilan darah pada siang hari, adapun yang bersedia diambil darahnya pada malam hari, sangatlah jarang.
Post a Comment