Header Ads

Sampai Kapan Minum Obat?


Kota, Korsum
Pasien yang menjalani pengobatan penyakit kronis,seringkali menanyakan sampai kapan harus minum obat.
Menurut dokter umum pada RSUD Sumedang yang juga sebagai Kepala Instalasi Diklat pada RSUD Kabupaten Sumedang, dr. Yosef Sholeh Komarulloh, lamanya waktu pengobatan serta banyaknya jumlah obat yang harus dikonsumsi, terkadang menimbulkan rasa bosan, capek, jenuh, dan malas untuk meneruskan minum obat.
“Kondisi tubuh yang mengalami perbaikan akan mempengaruhi keputusan pasien untuk menghentikan pengobatan tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang memberikan pengobatan,” katanya, Kamis (7/9), di kantornya.
Secara umum, terang Yosef, penyakit digolongkan berdasarkan durasi perjalanan penyakit sebagai penyakit akut dan kronis. Penyakit akut timbul secara mendadak atau secara tiba-tiba dan membutuhkan pertolongan segera. Biasanya respon terhadap pengobatan selama 1 sampai 2 minggu akan baik.
Sedangkan penyakit kronis adalah penyakit yang terjadi secara menahun atau status riwayat penyakit yang telah berlangsung lama. Kondisi penyakit ini memerlukan pengobatan yang panjang. “Ada yang berminggu-minggu, berbulan-buloan, bahkan ada yang harus mengonsumsi obat seumur hidup,” terangnya.
Yosef menuturkan, pada awal pasien didiagnosa suatu penyakit, seorang dokter harus menginformasikan jenis penyakit yang diderita, lama pengobatan, dan upaya lain untuk membantu menunjang pengobatan. Langkah awal yang harus dilakukan pasien selama menjalani pengobatan adalah mengikuti diet sesuai dengan kondisi penyakitnya.
Terkadang untuk beberapa kasus, pasien tidak langsung diberikan obat tetapi disarankan untuk memperbaiki dietnya dengan arahan dari ahli gizi. Perbaikan dalam diet ini dievaluasi dalam 1 sampai 2 minggu untuk dilakukan penilaian ulang. “Jika hasilnya baik, bisa jadi obat tidak perlu diberikan. Pada kondisi ini pasien menderita penyakit kronis yang terkontrol dengan diet,” tuturnya.
Tetapi apabila dengan perbaikan diet kondisi penyakitnya belum terkontrol, maka dokter biasanya akan memberikan obat-obatan lini pertama untuk kondisi penyakitnya. Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 1 sampai 2 minggu kemudian dinilai ulang. “Penilaian ulang ini diperlukan untuk memantau efektivitas pengobatan. Apakah dosis obat yang diberikan sudah memberikan efek yang diharapkan ataukah perlu ada penyesuaian dosis. Jika kondisi sudah stabil, biasanya pengobatan diberikan untuk 1 bulan,” tuturnya lagi.
Selain diet, lanjutnya, upaya lain yang perlu dilakukan pasien adalah menjaga aktivitas fisik. Secara umum memang kita disarankan melakukan kegiatan fisik rutin paling tidak 150 menit per minggu. Tetapi kondisi ini tentu akan berbeda pada tiap orang.
“Pasien dengan gangguan fungsi jantung tentu harus menghindari kegiatan fisik aerobik atau yang memerlukan asupan oksigen tinggi. Kebutuhan oksigen yang tinggi pada jaringan akan menyebabkan aliran darah cepat dan jantung sebagai pompa yang mendistribusikan darah akan bekerja lebih cepat lagi,” ujarnya.
Begitu pula pada orang dengan gangguan nyeri di sendi. Kegiatan fisik berlebihan yang melibatkan gerakan sendi tentu sebaiknya dihindari karena hanya akan menambah rasa sakit di sendi yang terlibat.
“Sebetulnya pasien sudah bisa mengukur kadar kemampuan tubuhnya sehingga bisa memilih dan memilah jenis kegiatan fisik seperti apa yang cocok untuk dilakukan. Jika masih kesulitan, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan dokter,” imbuhnya.
Upaya lain yang perlu dilakukan adalah menjaga gaya hidup sehat. Dalam hal ini penting untuk memberikan porsi istirahat yang cukup untuk tubuh, menghindari rokok, minuman beralkohol, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Lebih jauh Yosef menyebutkan, pengobatan penyakit kronis itu bukan mengembalikan fungsi organ yang sakit menjadi kembali seperti pada saat organ sehat 5 atau 10 tahun yang lalu, melainkan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pendekatan yang utama untuk mengontrol fungsi organ ini adalah menjaga pola makan (diet), menjaga aktivitas rutin, menjaga gaya hidup sehat, dan rutin mengkonsumsi obat.

“Semakin lama pengobatan, maka akan ada penyesuaian dosis dan jenis obat sehingga konsultasi dengan dokter tetap diperlukan. Dan lamanya minum obat tergantung diet, aktivitas, dan gaya hidup pasien dengan tetap memperhatikan saran dari dokter,” pungkas Yosef.**[Dady]

Tidak ada komentar