Kopi Desa Harapan, Potensi Kopi Kabupaten Barru
Berbicara mengenai kopi di Sulawesi Selatan , hampir semua orang pasti menyebut Kopi Toraja . Nama Kopi Toraja memang sudah terkenal bahkan sampai ke mancanegara. Wajar, karena di Toraja , banyak terdapat perkebunan kopi sejak era kolonial Belanda. Dan memang, salah satu perkebunan kopi yang bibit aslinya dibawa dari Belanda terdapat di Toraja. Namun, sebagai daerah yang dikelilingi pegunungan, potensi kopi di Sualwesi Selatan tidak hanya terpusat di Toraja saja. Banyak daerah yang mempunyai potensi kopi pilihan. Salah satunya adalah Desa Harapan, kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru .
Desa Harapan terletak di Kawasan Pegunungan Coppo Tile dan Bulu Dua , sekitar 130 KM dari Kota Makasar, atau 30Km dari pusat kota Barru. Tanaman kopi di desa ini tumbuh secara natural dan 2 tahun terakhir mulai dibudidayakan kebun-kebun milik penduduk. Kopi yang ada di perkebunan desa Harapan pun beragam mulai Robusta, Arabica dan Liberika serta kopi lokal yang oleh penduduk disebut dengan nama ‘ Kopi Perro “.
Adapun Kopi Arabica awal budidaya nya dimulai pada tahun 70an yakni dari pembagian bibit dari pemerintah sekitar 50 pohon . dari bibit inilah kemudian berkembang secara alami dan hingga saat ini mencapai kurang lebih 5000 Pohon yang tersebar di area kebun-kebun milik warga .
Perkebunan kopi milik penduduk Desa Harapan diolah secara tradisional. Menurut penuturan Ceppie , salah seorang pemilik kebun kopi, penduduk yang memiliki kebun kopi mengolah tanaman mereka secara alami saja. Selama menanti perkembangan tanaman kopinya, penduduk juga hanya memakai pupuk organik, seperti kompos. Sehingga boleh dibilang, kopi Harapan adalah kopi yang organik.
Hal inilah yang akhirnya menyadarkan Masyarakat Bersama Pemerintah Desa akhirnya mempriotaskan Pengembangan kopi dengan dukungan dana Desa 2019 untuk lebih menitikberapkan pada pembedayaan masyrakat khususnya para petani kopi.
Lukman Hasi , Selaku Kepala Desa Harapan Pun membuat terobosan pembangunan Sentra Kopi dengan mulai membagikan 7000 pohon Bibit Kopi Arabica kepada Warga dan kelompok Tani Hutan pada tahun 2017 Silam.
“Dengan adanya Dana Desa atau Undang Undang Desa yang sudah diundakan ini dari desa-desa harus pintar-pintar menggali potensi untuk kesejahteraan masyarakat karena nantinya desa-desa ini akan bersaing untuk menggali potensi untuk masyarakatnya dan juga menggali perekonomian di desa tersebut,” ujar Bapak dua anak itu.
Sejak menjabat tahun 2017 berbagai program pembangunan pun ia gagas. Untuk memperkuat program-program nya itu, ia mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada tahun . Melalui BUMDes itulah ia membenahi Potensi Ekonomdi desa Harapan , hingga saat ini Bumdesa dan Kelopok Tani pun mulai fokus pada komoditi pertania yakni Kopi dan Cengkeh. .
Kedepan, Lukman ingin mengembangkan Kopi dan Cengkeh ini sehingga Bisa mengangkat taraf ekonomi masyarakat Desa Harapan. Berangkat dari latar belakang itulah, Pemerintah desa Harapan Bekerja sama dengan Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan ( BP2DK ) pun mulai memprogramkan Penguatan dan pendampingan Bagi warga dan petani untuk memaksimalkan Potensi yang ada dan bersinergi mengajak para petani kopi lokal Desa Harapan untuk mulai memperbaiki kualitas hasil panen kopi mereka , mulai dari cara memelihara dan merawat kopi hingga pasaca panen, sehingga dihasilkan biji kopi yang berkualitas.
Jika melihat kontur tanah Desa Harapan Khususnya di 4 Dusun yakni Dusun Lajoanging I dan 2 , Serat Dusun Waruwue dan Dusun Lemo yang terdiri dari perbukitan dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut, serta menyimpan pasokan air yang melimpah, lokasi tersebut sudah menyediakan lahan yang sangat ideal untuk membudidayakan kopi varietas Arabica. Tinggal bagaimana para petani Harapan bisa konsisten membenahi cara panen kopi mereka.
Rencana kedepan dari BUMDes ini sudah berkembang untuk ber-investasi dari potensi-potensi yang belum kita olah dan kita gali ini kita olah untuk investasinya BUMDes termasuk kita bikin Sentra Produksi Kopi yang akan dikelola oleh BUMDes,” tambahnya.
Langkah awal perbaikan kualitas kopi mulai dilakukan Pemerintah Desa Bersama BP2DK dan komunitas Kopi Barru , dengan Cara Pendampingan intens aktif memberi edukasi dan pembinaan Warga Desa dan petani kopi Dusun Lemo tentang cara memanen biji kopi dari pohonnya. Jika sebelumnya para petani ini memetik biji kopi tanpa memilah berdasarkan warna kulit buah, maka setelah pembinaan mereka diharuskan hanya memanen biji kopi yang telah benar-benar masak yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna merah. Cara panen seperti ini dikenal dengan istilah pola petik merah.Melalui proses pola petik merah, hasil panen kopi petani Desa Harapan menjadi lebih berbobot dari segi kualitas. dengan sistem branding kedaerahan.
Post a Comment