Header Ads

BULOG HARUS TANGUNG JAWAB KENAIKAN BERAS DI CIAMIS


Kenaikan harga beras yang berlangsung sejak akhir bulan November hingga saat ini, dinilai masih dalam batas wajar. Operasi pasar baru dilaksanakan apabila kenaikan harga beras sudah menembus Rp 500 dari harga normal.
"Sampai saat ini kenaikkannya masih di bawah sepuluh persen atau kurang dari Rp 500. Apabila naiknya sudah mencapai lima belas persen, baru dilakukan operasi pasar (OP) beras," tutur Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustriuan Perdagangan dan Koperasi (disperindagkop) Ciamis Hapid Wismansyah, Jumat (10/12).
Sesuai ketentuan, pelaksanaan OP dilakukan selain harga beras sudah naik hingga lima belas persen dan bertahan dalam waktu cukup lama, juga ada permintaan dari masyarakat. Selanjutnya pemerintah daerah mengajukan permintaan kepada pihak Bulog Ciamis.
"Keluhan masyarakat tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan adanya permohonan OP, melalui kecamatan. Sampai saat ini kami masih belum menerima permohonan OP," lanjutnya.
Dia menyebutkan bahwa pelaksaan OP hanya berfungsi sebagai stabilisator harga beras di pasaran. Dengan demikian sepanjang harga beras masih dalam batas normal, belum dibutuhkan OP. "Banyak hal yang harus menjadi bahan pertimbangan sebelum menggelar OP," ujar Hapid.
Berdasarkan pantauan harga di PasarManis Ciamis serta beberapa pasar lain, lanjutnya, kenaikkan harga beras mulai berlangsung sejak bulan November. Hanya saja sampai saat ini tingkat kenaikannya masih di bawah sepuluh persen. "Mungkin karena masih banyak yang panen, sehingga kenaikannya masih dalam batas toleransi," tuturnya.
Terpisah seorang pedagang beras di Sirnarasa, Ciamis, Endang mengungkapkan saat ini harga beras di wilayah tersebut berkisar antara Rp 6.400 - Rp 7.000 per kilogram, sesuai kualitas. Untuk beras hibrida dijual Rp 6.500, IR 64 kualitas 2 dijual Rp 6.400, sedangkan IR 64 kualitas bagus Rp 6.800. Dia membeli beras langsung dari penggilingan padi, dengan selisih harga jual sebesar Rp 3.00 per kilogram.
"Apabila dijual ke warung, saya hanya mengambil selisih Rp 200, karena warung mencari untung Rp 100. Saya juga beberapa kali mendapat komplain dari konsumen, tetapi mau bagaimana lagi, karena dari penggilingan harganya juga naik," tuturnya.

Tidak ada komentar