HAMPIR 9 PERSEN PENDUDUK GARUT GIZI BURUK
Kerentanan pangan akibat kemiskinan tersebar merata di 42 kecamatan
se-Kab. Garut. Bahkan, 8,3 % masyarakat Garut tergolong kategori Gizi
Buruk. Sekda Garut H. Iman Ali Rahman, SH, M.Si menyampaikan hal itu
pada Rapat Pleno Dewan ketahanan Pangan Kab. Garut tahun 2011 di Resto
Jemanii Jln. Cipanas Kab. Garut, Kamis (22/12).
"Kondisi ketahanan pangan secara wilayah, hampir di setiap wilayah terdapat penduduk katagori miskin akibat dari kerentanan pangan," katanya.
Untuk ketersedian pangan, bila dibanding dengan kebutuhan dan konsumsi aktual, keadaan pangan di Garut selalu surplus. "Namun, secara umum aspek gizi masyarakat rata-rata cukup baik, masih terdapat hampir 8,3 % masyarakat berada pada level gizi buruk," ucapnya.
Untuk kondisi keamanan pangan, lanjut Iman, masih beredar produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan. Apalagi berdasarkan uji laboratorium menunjukan masih terdeteksi pahan pangan yang mengandung residu pestisida berlebihan.
"Penggunaan bahan berbahaya setiap tahunnya terus meningkat, baik jumlah maupun jenisnya, hal tersebut lebih disebabkan masih banyaknya produsen yang lebih berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperhatikan dampaknya," tuturnya.
Bahkan hampir setiap tahun selalu terjadi KLB akibat keracunan pangan. kondisi diatas diperparah dengan lemahnya pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan. Masalah juga terjadi pada subsistem ketahanan pangan, ketersedian pangan pokok, distribusi, infrastrukstur, pemahaman aneka ragam pangan selain beras, alih fungsi dan konservasi lahan serta belum berkembangnya lembaga ketahanan pangan baik struktural maupun di masyarakat.
Kekurangan pangan terjadi bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab di antaranya: kegagalan produksi akibat dari iklim, hama penyakit; rendahnya ketersedian pangan dari produksi setempat maupun pasokan dari luar; gangguan distribusi karena kerusakan sarana prasarana atau terjadi bencana alam.
Kabag Evaluasi dan Pelaporan Badan Ketahanan Pangan kementerian pertanian RI Ir.iwan Fortuna Malonda menjelaskan, guna mengurangi jumlah penduduk rawan pangan, dimulai dengan pengembangan program desa mandiri pangan, memantapkan stabilitas harga dan pasokan pangan melalui penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat, pengembangan lumbung pangan.
"Strategi lainnya antara lain peningkatan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan serta mengurangi konsumsi beras, serta tingkatkan upaya untuk mensejahterakan petani," tuturnya
"Kondisi ketahanan pangan secara wilayah, hampir di setiap wilayah terdapat penduduk katagori miskin akibat dari kerentanan pangan," katanya.
Untuk ketersedian pangan, bila dibanding dengan kebutuhan dan konsumsi aktual, keadaan pangan di Garut selalu surplus. "Namun, secara umum aspek gizi masyarakat rata-rata cukup baik, masih terdapat hampir 8,3 % masyarakat berada pada level gizi buruk," ucapnya.
Untuk kondisi keamanan pangan, lanjut Iman, masih beredar produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan. Apalagi berdasarkan uji laboratorium menunjukan masih terdeteksi pahan pangan yang mengandung residu pestisida berlebihan.
"Penggunaan bahan berbahaya setiap tahunnya terus meningkat, baik jumlah maupun jenisnya, hal tersebut lebih disebabkan masih banyaknya produsen yang lebih berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperhatikan dampaknya," tuturnya.
Bahkan hampir setiap tahun selalu terjadi KLB akibat keracunan pangan. kondisi diatas diperparah dengan lemahnya pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan. Masalah juga terjadi pada subsistem ketahanan pangan, ketersedian pangan pokok, distribusi, infrastrukstur, pemahaman aneka ragam pangan selain beras, alih fungsi dan konservasi lahan serta belum berkembangnya lembaga ketahanan pangan baik struktural maupun di masyarakat.
Kekurangan pangan terjadi bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab di antaranya: kegagalan produksi akibat dari iklim, hama penyakit; rendahnya ketersedian pangan dari produksi setempat maupun pasokan dari luar; gangguan distribusi karena kerusakan sarana prasarana atau terjadi bencana alam.
Kabag Evaluasi dan Pelaporan Badan Ketahanan Pangan kementerian pertanian RI Ir.iwan Fortuna Malonda menjelaskan, guna mengurangi jumlah penduduk rawan pangan, dimulai dengan pengembangan program desa mandiri pangan, memantapkan stabilitas harga dan pasokan pangan melalui penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat, pengembangan lumbung pangan.
"Strategi lainnya antara lain peningkatan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan serta mengurangi konsumsi beras, serta tingkatkan upaya untuk mensejahterakan petani," tuturnya
Post a Comment